Jumat, 19 Juni 2009

jawaban mid test pllb lanjutannya ya pak yang no.2 udah duluan


1 ). Peranan lahan basah dalam siklus hidrologis adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pengontrol kualitas air, di mana lahan basah sebagai kawasan strategis yang memisahkan ekosistem daratan dengan ekosistem akuatik, sehingga dalam posisinya ini, lahan basah dapat mencegah air larian dari daratan dan menyaring bahan polutan dan sedimen sebelum masuk ke badan air. Fungsi ini didukung oleh vegetasi yang terdapat di kawasan lahan basah yang dapat memfilter substansi kimia tertentu sekaligus mengambil nutrisi dari tanaman mati yang berpotensi menurunkan kualitas air secara dominan pada ekosistem akuatik.

2 Sebagai pengisi air tanah, terutama dijalankan oleh dataran banjir, rawa air tanah, danau, lahan gambut, dan hutan rawa. Peran ini tidak hanya terbatas pada pengisian air tanah saja, tapi juga sekaligus menjadi tempat pelepasan air tanah sebelum menuju ke badan air (sungai permukaan). Antara kedua fungsi ini, perlu adanya keseimbangan dalam mekanismenya.
3.Sebagai habitat ikan dan organisme liar (wildlife). Pada fungsi ini, lahan basah merupakan tempat ideal bagi berkumpulnya berbagai macam hewan (ikan, burung, reptil, dan insekta) dan tumbuhan. Sebagian di antara mereka menjadikan lahan basah sebagai habitat,sebagian lagi menjadikan ini hanya sebagai tempat persinggahan untuk mencari makan. Atas dasar ini, lahan basah telah menajdi bagian penting dalam lingkungan wildlife.
4.Sebagai pengontrol abrasi bibir pantai & tepian sungai, didukung oleh karakter vegetasi lahan basah (seperti bakau, rambai, eceng gondok). Sistem perakarannya dapat memperlambat kelajuan air dan mereduksi energi gelombang, sementara batang & daunnya memperlambat arus air. Pada beberapa tipe lahan basah, walaupun tidak bervegetasi (seperti saluran irigasi), kemiringan alami lahan basah dapat menjadi buffer untuk erosi tepian sungai.

3). Perbedaan antara rawa lebak dan rawa pasang surut adalah sebagai berikut :

1. rawa pasang surut :
# Airnya payau, bahkan pada saat pasang naik, bisa menjadi asin. Tergantung pada letaknya dari laut.
# Letaknya tidak begitu jauh dari laut. Kalaupun agak jauh, masih dihubungkan dengan sungai yang langsung bermuara ke laut.
#Vegetasi yang utama adalah tanaman bakau, nipah (tanaman dengan sistem perakaran yang mampu memecah ombak).
# Ketinggian air yang menggenangi dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

2. rawa lebak (tergenang) :

- Airnya tawar dengan pH normal.
- Biasanya ditumbuhi vegetasi berkayu, juga eceng gondok dan kangkung yang merupakan tanaman dominan.
- Letaknya jauh di daerah hulu, tertutup (tidak terhubung dengan laut) dan umumnya terletak di dareah cekungan.
- Ketinggian air relatif tetap, kecuali pada kondisi musim dengan curah hujan sangat tinggi. Tapi meski ada perubahan, tidaklah signifikan.

Kamis, 11 Juni 2009

1. Gambarkan siklus hidrologi yang terjadi di daerah Banjarbaru !

Jawaban :

SUNGAI MARTAPURA

WADUK RIAM KANAN


Dari siklus tersebut terlihat bahwa bagian hulu dari siklus hidrologi di. Martapura adalah berada pada daerah Riam Kanan dan berakhir di Sungai Martapura. Siklus Hidrologi ini termasuk siklus sedang. Air di bendungan Riam Kanan menguap menjadi uap gas karena panas matahari. Uap air mengalami sublimasi. Terjadi pembentukan awan dan awan bergerak oleh tiupan angin ke darat. Setelah itu turun hujan, diserap oleh tanaman, masuk ke dalam tanah, disaring oleh tanah dan ada yang mengalir sebagai aliran luar dan dalam tanah, akhirnya sampai sebagai air yang mengalir ke dalam sungai Martapura hingga bermuara ke laut.


2. Jelaskan bagaimana proses salinitas yang terjadi di Banjarbaru!

Jawaban :

Proses salinitas dapat dilakukan dengan meneteskan air muara ke dalam alat ukur refraktometer, kemudian lihat dalam skala berapa nilai yang tertera. Pada musim kemarau, salinitas di Banjarbaru lebih tinggi daripada musim penghujan, tetapi masih dalam keadaan standar untuk daerah daratan. Pada musim penghujan air tawar yang di sungai-sungai Banjarbaru (seperti Sungai Martapura) mengalir menuju laut dalam jumlah yang sangat besar sehingga salinitas air di muara menurun, tetapi pada musim kemarau saat aliran air mulai berkurang, air laut dapat lebih jauh masuk ke daratan sehingga salinitas di muara meningkat. Salinitas air sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Air asin memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar, sehingga air asin di muara mendorong air tawar yang berada di lapisan bawah menuju laut.

3. Bagaimana bentuk reaksi dari salinitas ?

Jawaban :

Bentuk reaksi dari salinitas adalah jumlah berat semua garam – garam yang terlarut d dalam satu liter air. Garam-garam tersebut terdiri dari natrium klorida ( NaCl ) atau garam dapur, MgCl2 kalium dan kalsium. Sehingga ada tanah yang struktur Na+ yang dominan dan ada struktur tanah Ca+ yang dominan.

4. Bagaimana kira-kira bentuk dari sistem akuifer di Banjarbaru ?

Jawaban :

Bentuk sistem akuifer ditentukan oleh letak sumber air tanah. Sumber air tanah di Banjarbaru terdapat di sekitar lokasi bank BNI 46 di Jalan Ahmad Yani dan mengalir sampai ke sepanjang daerah Amaco. Sumber air tanah dan kedalaman akuifer ini berada di kawasan yang tidak mempunyai air permukaan. Jika di suatu daerah ada air permukaannya, baik itu rawa, sungai, danau, laut, dan sebagainya, maka air tanah tidak terdapat di kawasan itu. Hal ini dikarenakan air tanah memiliki gua di bawah tanah dan mengalir di bawah tanah.

Secara topografi, bagian utara Kabupaten Banjar umumnya dan Kota Banjarbaru khususnya terletak pada dataran rendah yang memiliki ketinggian antara 0 – 10 m, sedangkan wilayah bagian selatan memiliki ketinggian antara 11 – 130 m dari permukaan laut. Dari hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa dugaan akuifer berada pada kedalaman dangkal 10-30 meter dari permukaan yang terdiri atas lapisan pasir, akuifer dalam pertama berada pada kedalaman 20 hingga 60 meter, dan akuifer yang lebih dalam lagi diduga terdapat pada kedalaman 40 hingga kedalaman 100 meter yang terdiri atas lapisan pasir tufaan. Ketebalan lapisan akuifer bervariasi bergantung pada topografi permukaan dan lapisan kedap air di bawah lapisan akuifer dengan kecenderungan semakin menebal ke bagian bawah. Dengan estimasi luas daerah yang terlingkupi survey penelitian yakni sebesar 280.000 meter persegi, dan ketebalan rata-rata akuifer sebesar 30 meter.
1. Gambarkan siklus hidrologi yang terjadi di daerah Banjarbaru !

Jawaban :

SUNGAI MARTAPURA

WADUK RIAM KANAN


Dari siklus tersebut terlihat bahwa bagian hulu dari siklus hidrologi di. Martapura adalah berada pada daerah Riam Kanan dan berakhir di Sungai Martapura. Siklus Hidrologi ini termasuk siklus sedang. Air di bendungan Riam Kanan menguap menjadi uap gas karena panas matahari. Uap air mengalami sublimasi. Terjadi pembentukan awan dan awan bergerak oleh tiupan angin ke darat. Setelah itu turun hujan, diserap oleh tanaman, masuk ke dalam tanah, disaring oleh tanah dan ada yang mengalir sebagai aliran luar dan dalam tanah, akhirnya sampai sebagai air yang mengalir ke dalam sungai Martapura hingga bermuara ke laut.


2. Jelaskan bagaimana proses salinitas yang terjadi di Banjarbaru!

Jawaban :

Proses salinitas dapat dilakukan dengan meneteskan air muara ke dalam alat ukur refraktometer, kemudian lihat dalam skala berapa nilai yang tertera. Pada musim kemarau, salinitas di Banjarbaru lebih tinggi daripada musim penghujan, tetapi masih dalam keadaan standar untuk daerah daratan. Pada musim penghujan air tawar yang di sungai-sungai Banjarbaru (seperti Sungai Martapura) mengalir menuju laut dalam jumlah yang sangat besar sehingga salinitas air di muara menurun, tetapi pada musim kemarau saat aliran air mulai berkurang, air laut dapat lebih jauh masuk ke daratan sehingga salinitas di muara meningkat. Salinitas air sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan musim. Air asin memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar, sehingga air asin di muara mendorong air tawar yang berada di lapisan bawah menuju laut.

3. Bagaimana bentuk reaksi dari salinitas ?

Jawaban :

Bentuk reaksi dari salinitas adalah jumlah berat semua garam – garam yang terlarut d dalam satu liter air. Garam-garam tersebut terdiri dari natrium klorida ( NaCl ) atau garam dapur, MgCl2 kalium dan kalsium. Sehingga ada tanah yang struktur Na+ yang dominan dan ada struktur tanah Ca+ yang dominan.

4. Bagaimana kira-kira bentuk dari sistem akuifer di Banjarbaru ?

Jawaban :

Bentuk sistem akuifer ditentukan oleh letak sumber air tanah. Sumber air tanah di Banjarbaru terdapat di sekitar lokasi bank BNI 46 di Jalan Ahmad Yani dan mengalir sampai ke sepanjang daerah Amaco. Sumber air tanah dan kedalaman akuifer ini berada di kawasan yang tidak mempunyai air permukaan. Jika di suatu daerah ada air permukaannya, baik itu rawa, sungai, danau, laut, dan sebagainya, maka air tanah tidak terdapat di kawasan itu. Hal ini dikarenakan air tanah memiliki gua di bawah tanah dan mengalir di bawah tanah.

Secara topografi, bagian utara Kabupaten Banjar umumnya dan Kota Banjarbaru khususnya terletak pada dataran rendah yang memiliki ketinggian antara 0 – 10 m, sedangkan wilayah bagian selatan memiliki ketinggian antara 11 – 130 m dari permukaan laut. Dari hasil pengukuran memberikan gambaran bahwa dugaan akuifer berada pada kedalaman dangkal 10-30 meter dari permukaan yang terdiri atas lapisan pasir, akuifer dalam pertama berada pada kedalaman 20 hingga 60 meter, dan akuifer yang lebih dalam lagi diduga terdapat pada kedalaman 40 hingga kedalaman 100 meter yang terdiri atas lapisan pasir tufaan. Ketebalan lapisan akuifer bervariasi bergantung pada topografi permukaan dan lapisan kedap air di bawah lapisan akuifer dengan kecenderungan semakin menebal ke bagian bawah. Dengan estimasi luas daerah yang terlingkupi survey penelitian yakni sebesar 280.000 meter persegi, dan ketebalan rata-rata akuifer sebesar 30 meter.
5. Gambarkan desain pembangkit listrik tenaga pasang surut !
Jawaban :
Di bawah ini adalah beberapa desain pembangkit listrik tenaga pasang surut :
* Pembangkit Listrik model waduk (dam)

Rabu, 10 Juni 2009

PENDAPAT SAYA PADA PRAKTIKUM PLLB YANG DILAKSANAKAN DI NEGARA,KANDANGAN,LOKSADO
1.kandangan
pada hari kamis pagi pergi ke kandangan naik mobil colt ,sungguh sangat melelahkan ya pak.ehm tapi dgn smgat 45 saya ikut kesana ,setelah menempuh perjalan kira-kira 2,5 jam kami sampai sanggar tari kandangan eh ada pramuka nya gitu deh .setelah sampai kami istirahat sebentar lalu di suruh makan siang ,ooh ternyata kami makan nya ambil sendiri sendiri loe,bisa kebayang ga'berdesak desakan minta ampun deh makan minum ambil sendiri deh ! kami setelah makan kami mo siap2 pergi ke negara deh!
tapi sebelumnya kami jalan kotanya bersih ya beda dg bjm
2.negara
setelah menempuh perhalan kira2 1 jam kami sampai di negara pas sampai yang ada mesjidnya kami di suruh naik kelotok .wuih seru juga ya naik kelotok sambil mengamati lahan basah yang ada disana ada hiburan tersendiri juga ,liat aktivitas penduduk seperti nyuci,mandi nyari ikan ,nyari ikannya pakai lonta loe ada juga namanya itu hancau,disana kami juga interview penduduk ,kami menginterview penjual gorengan,dia megaku beralih bahn bakar dari kompor ke kayu bakar karena mahalnya harga m.tanah ,kami juga mewawancarai penduduk sana mata pencaharian disana kebayakan bertani,mereka bertani singkong ,padi,dll,.tak berapa lama kami pergi lagi naik kelotok kami mengamati rawa bangkau,disana Kawasan Danau Bangkau yang berlokasi di Kecamatan Kandangan (Kabupaten
Hulu Sungai Selatan) dan sebagian kecil masuk wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara
(Kabupaten Hulu Sungai Tengah), merupakan salah satu contoh kawasan di wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan yang selama ini luput dari perhatian. Berdasarkan dari
perhitungan planimetri dari Peta Rupa Bumi Indonesia (lembar 1713-33 skala
1:50.000, Bakorsutanal 1991), Danau Bangkau memiliki luas perairan 615,5 ha
terletak di antara 2° 41’ dan 2° 43’ 30” Lintang Selatan, dan di antara 115° 12’ dan
115° 13’ 30” Bujur Timur pada ketinggian 3-4 meter dari permukaan laut.
Seperti fungsi perairan danau pada umumnya, perairan Danau Bangkau ini
merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitarnya yang memanfaatkan danau
untuk menangkap ikan, pertanian dan perhubungan (lalu lintas air).
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Kalimantan Selatan, kawasan
Danau Bangkau diarahkan sebagai kawasan yang diprioritaskan pengembangannya. Isu
pokok diprioritaskannya kawasan Danau Bangkau dalam RTRW propinsi adalah fungsi
yang diembannya yaitu sebagai kawasan pelestarian reservaat perikanan (fish
stocking) yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. Danau Bangkau yang berair sepanjang tahun telah diketahui sebagai reservasi ikan
bagi sungai-sungai yang mengalir di wilayah barat Pegunungan Meratus serta habitat fauna burung air yang harus dilindungi. Pada saat ini habitat
Danau Bangkau telah kritis karena fungsinya sebagai reservasi ikan terancam punah
sebagai akibat dari cara-cara penangkapan ikan yang sangat intensif. Di samping itu,
kualitas lingkungan danau juga semakin menurun disertai dengan terancamnya habitat burung air yang dilindungi.
Mengingat karakter kawasan danau Bangkau ini cukup spesifik, maka upaya
pengembangan kawasan dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada serta
masalah-masalah yang mungkin timbul di masa yang akan datang tidak hanya
menyangkut aspek fisik kawasan (perairan danau). Pengembangan kawasan tersebut
perlu mempertimbangkan banyak aspek terkait, di antaranya aspek sosial dan
budaya, aspek ekonomi masyarakat, aspek tata ruang, aspek hukum, aspek
lingkungan hidup dan aspek lainnya yang terangkum dalam suatu konsep pengelolaan danau secara terpadu.
3.loksado
Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Loksado terletak di pegunungan Meratus merupakan salah satu daerah wisata alam dan atraksi budaya masyarakat Dayak Bukit.
Menengok Sisa-Sisa Alam Loksado
17 January 2006 | Ada 10 Komentar | Fotografi, General, Kontemplasi

[Seorang warga Dayak peladang, dalam perjalanan pulang setelah seharian kerja.]

Kembali ke alam yang tak lagi alami. Itulah yang saya rasakan kemarin, ketika untuk sebuah urusan tiba-tiba terpikir berbelok ke hutan. Kalau Anda termasuk orang yang menyangka Kalimantan adalah hutan, percayalah itu sesungguhnya hanya cerita 20 tahun silam. Kalimantan hari ini adalah juga sebuah pulau dengan kota-kota dan peradaban yang bergerak maju; lengkap dengan tetek bengek persoalan metropolit yang tak kalah rumit.

Tetapi trip kemarin bukanlah waktu khusus untuk jalan-jalan ke gunung dengan sepotong hutan yang masih tersisa. Lepas sebuah urusan di kota Barabai, lebih kurang 160 kilometer dari Banjarmasin, saya bersama beberapa kawan memutuskan singgah ke Loksado, sebuah perkampungan Dayak di pinggiran kota Kandangan. Kalau Anda pernah ke Kalsel, pastilah pernah dengar Barabai (dengan kue apamnya yang khas), juga Kandangan (yang terkenal dengan dodol dan ketupat).

Dulu, mungkin 10 tahun yang lalu, ketika permukiman penduduk belum sepadat sekarang, Loksado konon adalah kawasan alam yang sangat menarik. Selain bukit-bukit batu yang sering jadi ajang panjat tebing, daerah ini juga punya sungai yang asyik untuk bamboo rafting. Di lembah-lembah perbukitan itu pula anak-anak muda kerap menghabiskan akhir pekan dengan camping.

Sekarang, jangan bayangkan sebuah keasrian alamiah bukit. Orang-orang Dayak di sana pun sudah berbiak dan menghasilkan kampung-kampung yang kemudian memanfaatkan lokasi wisata menjadi lahan ekonomi. Perkembangan yang setengah-setengah itu membuat Loksado tak cukup terurus untuk sebuah kawasan wisata, sekaligus juga tidak tuntas menjadi kampung.

yeah, saya baru sekali ke kawasan ini. Promosi pemerintah setempat bahwa Loksado adalah wisata alam andalan, menurut saya cuma ngecap. Perjalanan pertama saya meninggalkan kesan yang kurang baik; kecuali sedikit pemandangan yang hijau di kiri-kanan dan kejauhan, tempat ini tidak begitu nyaman dikunjungi. Nyaris tak ada (lagi) yang bisa dinikmati.

Tentu bukan alam yang salah. Manusialah yang harus berkaca diri.
Aplikasi Sel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif
Gelombang yang timbul akibat medan listrik dan medan magnet disebut gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang terlihat oleh pancaindera manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang berkisar pada 300-700 nm (nanometer). Gelombang diatas panjang gelombang 700 nm adalah inframerah dan dibawah 300 nm adalah ultraviolet. Manusia telah banyak memanfaatkan energi yang terdapat pada gelombang elektomagnet sejak dahulu kala. Tapi pemahaman tentang gelombang ini sendiri baru dapat dianalisis oleh kita sekitar abad 10.

Spektrum Cahaya
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan gelombang elektromagnet oleh manusia semakin sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan pemahaman tentang gelombang ini sendiri. Nama-nama seperti Isaac Newton dengan Hypothesis of Lightnya, Christian Huygens dengan teori rambat gelombang, Faraday dengan teori elektromagnetisme, James Clerk Maxwell yang berhasil memperbaiki teori rambat gelombangnya Christian Huygens, Max Planck dengan teori kuantum, Albert Einstein dan Louis de Broglie yang menyatakan bahwa cahaya adalah bentuk partikel dan gelombang dengan teori dualitas partikel-gelombang telah memberikan kontribusi yang besar dalam memanfaatkan gelombang elektromagnet dalam kehidupan sehari-hari.

Cahaya matahari yang merupakan pancaran gelombang elektromagnet adalah salah satu contoh dari sekian banyak bentuk energi yang dapat kita rasakan di bumi dan telah kita manfaatkan sumber dayanya berabad-abad. Pemberdayaan energi cahaya matahari pada setiap zaman semakin meningkat seiring dengan pengetahuan yang kita dapatkan dan salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang memanfaatkan energi foton cahaya matahari menjadi energi listrik.

Indonesia sendiri, sebuah negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa dan menerima panas matahari yang lebih banyak daripada negara lain, mempunyai potensial yang sangat besar untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya sebagai alternatif batubara dan diesel sebagai pengganti bahan bakar fosil yang bersih, tidak berpolusi, aman dan persediaannya tidak terbatas. Berbagai instalasi sel surya telah banyak dipakai walaupun hanya pada beberapa golongan masyarakat mampu.

Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type (terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik.


Cara kerja sel surya sendiri sebenarnya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik. Bahan dan cara kerja yang aman terhadap lingkungan menjadikan sel surya sebagai salah satu hasil teknologi pembangkit listrik yang efisien bagi sumber energi alternatif masyarakat di masa depan. Memberikan harapan kepada kita untuk mengelola alam secara lebih “alamiah”.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Memecah Kebuntuan Kebutuhan Energi Nasional dan Dampak Pencemaran Lingkungan
Kata Kunci: batubara, energi, energi alternatif, energi matahari, karbondioksida, listrik, minyak bumi
Ditulis oleh Teguh Priyambodo pada 12-10-2007

Beberapa tahun belakangan ini Perusahaan Listrik Negara (PLN) kita gencar mensosialisasikan program hemat listrik dari pukul 17.00 hingga 22.00. Alasan PLN melakukan ini adalah untuk efisiensi energi terutama dalam menghadapi beban puncak pada jam tersebut. Oleh karena itu masalah peningkatan konsumsi energi nasional ini harus segera dipecahkan. Perlu kita pahami, kebutuhan energi global dalam 30 tahun ke depan akan meningkat dua kali lipat per tahunnya. Pada 40 tahun mendatang, kebutuhan meningkat lagi menjadi tiga kali lipat atau setara dengan energi 20 miliar ton minyak bumi. Memang selama ini menurut Energy Information Administration (EIA) memperkirakan pemakaian energi hingga tahun 2025 masih didominasi bahan bakar fosil, yakni minyak bumi, gas alam, dan batubara. Permasalahannya yaitu menurut data Departemen ESDM juga menyebutkan, cadangan minyak bumi di Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun kedepan, sedangkan gas bumi masih bisa mencukupi hingga 61 tahun lagi. Kemudian cadangan batubara diperkirakan habis dalam waktu 147 tahun lagi.

Energi alternatif

Salah satu langkah konkrit PLN yang akan diwujudkan hingga tahun 2009 adalah dengan membangun proyek PLTU 10.000 MW. Mungkin beberapa alasan memilih solusi ini karena selama ini kebutuhan listrik Negara 30 % disumbang oleh PLTU Suralaya yang berbahan baku batubara dan seperti yang dikemukakan diatas bahwa cadangan batubara nasional cukup tinggi. Permasalahannya adalah sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global, yaitu pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit! Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab global warming.
Selanjutnya apabila kita menggunakan bahan bakar gas, memang relatif murah dan ramah lingkungan. Namun cadangan gas bumi kita terbatas. Belum lagi persaingan dengan konsumsi publik karena PT. Pertamina saat ini melakukan program konversi minyak tanah ke bahan bakar gas. Jelas hal ini merupakan dua hal yang kompetitif.
Selain itu ada juga pemanfaatan energi panas bumi bisa menjadi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Tetapi pemanfaatan energi panas bumi tidak bisa maksimal karena persediaannya sangat terbatas dan teknologi untuk mengelolanya dianggap mahal. Bagaimana dengan energi tenaga air? Energi ini termasuk yang paling murah untuk dimanfaatkan. Namun, kendala yang kerap terjadi adalah ketika musim kemarau tiba. Sumber-sumber air yang digunakan sebagai pembangkit seringkali menyurut dan jauh berkurang sehingga tidak dapat beroperasi secara optimal.Selanjutnya bagaimana dengan teknologi nuklir? Mungkin secara teknologi bangsa kita sudah bisa mampu. Namun sejarah mengenai kasus teknologi ini di Uni Soviet maupun tragedi Hiroshima dan Nagasaki menjadi trauma bagi dunia pada umumnya. Tentunya permasalahannya adalah waktu sosialisasi yang cukup lama terhadap penanganan resiko dari teknologi ini.Sebagai salah satu solusi masalah energi diatas yaitu energi matahari atau tenaga surya. Energi matahari yang dipancarkan ke planet bumi adalah 15.000 kali lebih besar dibandingkan dengan penggunaan energi global dan 100 kali lebih besar dibandingkan dengan cadangan batubara, gas, dan minyak bumi. Permasalahan energi matahari ini mungkin sedikit banyak mirip dengan energi nuklir. Sebenarnya secara teknologi bangsa Indonesia sudah mampu mengelolanya. Bahkan teknologi mutakhir telah mampu mengubah 10-20 % pancaran sinar matahari menjadi tenaga surya. Secara teoritis untuk mencukupi kebutuhan energi global, penempatan peralatan tersebut hanya memerlukan kurang dari satu persen permukaan bumi, bukankah suatu hal yang efisien!
Namun sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa bumi sehingga memiliki energi sinar matahari berlimpah tidak dapat memanfaatkannya secara baik. Pemanfaatan energi matahari selama ini baru digunakan sebagai pemanas air di rumah-rumah mewah maupun hotel, itupun masih produk impor. Padahal, di negara-negara Eropa utara yang relatif miskin sinar matahari, justru banyak memanfaatkan energi matahari sebagai energi terbaharukan, ramah lingkungan, dan murah. Bagaimana dengan bangsa Indonesia?
Penyelesaian Soal No. 2 Mid Test PLLB

Curah hujan rata-rata tahunan di Meratus 100 M liter per bulan, 80% menjadi air larian dan masuk ke berbagai sungai, di antaranya 1.800.000 liter per tahun mengalir melalui sungai Riam Kiwa. Namun dari sungai ini hanya mampu mengairi 100 hektar lahan dengan masing-masing 9000 liter per tahun. Sisanya kembali terevaporasi dan evapotranspirasi. Dengan asumsi yang sama berapakah peranan vegetasi dalam melakukan evapotranspirasi pada lima sungai lainnya, yakni, sungai Riam Kanan, sungai Amandit, sungai Batang Alai, sungai Alabio dan sungai Tabalong jika perbandingan debit airnya sepanjang tahun 1 : 1 : 1 : 1 : 1. Tentukan pula total evapotranspirasi dan evaporasinya jika perbandingannya 1 : 2.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Saya awal-awalnya kurang memahami maksud dari soal tersebut tapi setelah pak kris menjelaskan dapat saya mengerti. Pada penerangan awal kita diberi tahu bahwa curah hujan rata-rata tahunan di Meratus 100 M liter (100.000.000 liter) per bulan, yang artinya dalam setahun curan hujan rata-ratanya adalah:

(100.000.000 liter/bulan) x (12 bulan) = 1.200.000.000 liter/tahun

Keterangan berikutnya menyebutkan bahwa 80% dari curah hujan tersebut menjadi air larian dan masuk ke berbagai sungai:

80% dari 1.200.000.000 = 960.000.000 liter/tahun

Diantara air tersebut mengalir ke sungai Riam Kiwa sebanyak 1.800.000 liter. Dilanjutkan pada keterangan berikutnya, bahwa sungai tersebut hanya mampu mengairi 100 hektar lahan masing-masing 9.000 liter, saya mengasumsikan totalnya menjadi 900.000 liter (100 x 9.000 liter).
. Jika demikian, maka air yang mengalami evaporasi dan evapotranspirasi adalah sisanya:

Evaporasi dan evapotranspirasi = Air yang melalui Riam Kiwa – air untuk

mengairi 100 hektar lahan

= 1.800.000 – 900.000

= 900.000 liter

Dijelaskan bahwa dengan asumsi yang sama vegetasi berperan dalam evapotranspirasi pada lima sungai lainnya, yakni, sungai Riam Kanan, sungai Amandit, sungai Batang Alai, sungai Alabio dan sungai Tabalong, di mana perbandingan debit airnya sepanjang tahun 1 : 1 : 1 : 1 : 1.

Menurut saya pribadi , jika halnya demikian maka debit air yang mengalir di setiap sungai pada setiap tahunnya adalah sama yaitu 1.800.000 liter/tahun, dengan 900.000 liter/tahun digunakan untuk mengairi pertanian. Maka sisa air yang berevaporasi dan evapotranspirasi pun adalah sama 900.000 liter/tahun. Untuk yang satu ini ada banyak perbedaan pendapat terhadap maksud dari ‘asumsi yang sama’, tapi ya,, seperti inilah saya menjawab soal ini pada mid test waktu itu. Jadi, total evapotranspirasi dan evaporasi yang terjadi adalah 900.000 liter/tahun.

Perbandingan antara evapotranspirasi dan evaporasi adalah 1 : 2, maka:

Evapotranspirasi = (1/3) x 900.000 = 300.000 liter/tahun

Evaporasi = (2/3) x 900.000 = 600.000 liter/tahun

Peranan vegetasi dalam berevapotranspirasi pada setiap sungai adalah 300.000 liter/tahun.
MANAJEMEN LAHAN BASAH

MENGAPA ANDA HARUS MEMBACA DAN MENGGUNAKAN DEKLARASI INI

Lahan basah menyediakan pangan, menyimpan karbon, mengatur arah aliran air, menyimpan energy dan sangat penting bagi keanekaragaman hayati. Manfaatnya bagi manusia sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia di masa depan. Perlindungan dan pemanfaatan lahan basah secara bijak sangatlah penting bagi manusia, terutama untuk masyarakat tak mampu. Kesejahteraan manusia bergantung kepada manfaat yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia,
sebagian di antaranya berasal dari lahan basah yang subur. Pembuatan kebijakan, perencanaan, pengambilan keputusan dan pengaturan oleh berbagai macam sektor, di setiap tingkatan dari internasional hingga lokal, dapat memperoleh manfaat dari masukan konsensus global yang diberikan oleh Ramsar Convention. Hal ini termasuk identifikasi dari perlunya lahan basah, perlunya melindungi dan menggunakan lahan basah dengan bijak, dan menjamin keamanan dari manfaat yang diberikan oleh
lahan basah dalam bentuk air, penyimpanan karbon, bahan makanan, energi, keanekaragaman hayati dan mata pencaharian. Termasuk juga di dalamnya pengetahuan teknis, petunjuk, model-model dan jaringan pendukung untuk membantu mengimplementasikan pengetahuan tersebut. Deklarasi Changwon memberikan gambaran dari langkah-langkah prioritas yang kesemuanya menunjukkan arahan untuk menghasilkan tujuan-tujuan keberlanjutan di bidang lingkungan hidup yang paling kritis di dunia.
Deklarasi Changwon adalah pernyataan dan ajakan dari pertemuan ke-10 Konferensi Pihak-pihak yang Terikat pada Ramsar Convention untuk Lahan Basah (Conference of Contracting Parties to the Ramsar Convention on Wetlands), yang telah dilangsungkan di Changwon, Republik Korea, dari tanggal 28 Oktober hingga 4 November 2008.
Deklarasi Changwon relevan untuk kita semua, dimanapun, yang peduli terhadap masa depan lingkungan kita. Jika anda seorang perencana, pembuat kebijakan, pengambil keputusan, perwakilan atau manajer di sektor lingkungan , tanah atau penggunaan sumber daya apapun, atau bekerja di bidang pendidikan dan komunikasi, kesehatan masyarakat, ekonomi atau mata pencaharian, maka Deklarasi ini ditujukan untuk
anda. Tindakan Anda berpengaruh kepada masa depan lahan basah. Dari mana Deklarasi ini berasal? Konvensi Ramsar untuk Lahan Basah adalah persetujuan global antar-pemerintah mengenai konservasi dan penggunaan secara bijak terhadap seluruh lahan basah di dunia. Konvensi ini dicetuskan di kota Ramsar di Republik Islam Iran pada tanggal 2 Februari 1971. Misi dari Konvensi untuk Lahan Basah (Ramsar, Iran, 1971)
1
adalah:

“konservasi dan penggunaan semua lahan basah3
secara bijak2
melalui tindakan lokal, regional
dan nasional serta kerjasama internasional, sebagai kontribusi untuk mencapai perkembangan
berkelanjutan di seluruh dunia” .

Konvensi Ramsar telah hadir selama empat dekade dan terus berkembang dan memfokuskan
agendanya pada prioritas kritis bagi lingkungan di tingkat global, nasional dan lokal. Konferensi ke-10 dari
Pihak-pihak yang Terikat pada konvensi tersebut diadakan di Changwon, Republik Korea, dari tanggal 28
Oktober hingga 4 November 2008, mengambil tema “Lahan basah subur, masyarakat sehat”
4,
memfokuskan diri pada keterkaitan antara kesejahteraan manusia dan fungsi dari lahan basah dan
identifikasi dari tindakan positif berkaitan dengan hal tersebut.
Siapa yang harus menggunakan Deklarasi ini?
Konferensi tersebut mengalamatkan Deklarasi ini kepada seluruh pihak terkait di bidang penguasaan dan
pengaturan lingkungan hidup, terutama para pemimpin, baik di tingkat global, termasuk para pemimpin
pemerintahan, maupun para pelaksana di tingkat lokal dan daerah sungai.
Mengapa Deklarasi ini bukan sekedar “cuma Deklarasi yang lain”?
Beberapa deklarasi telah dikeluarkan oleh beragam konferensi lingkungan hidup internasional. Deklarasi Changwon bertujuan untuk tidak melingkupi dasar-dasar yang “standar”, tetapi untuk menambahkan nilai dengan cara:
• ditujukanbekerja langsung terutama kepada pihak-pihak diluar Konvensi Ramsar itu sendiri, dan
kepada kesempatan-kesempatan untuk melakukan tindakan;
• menawarkan langkah-langkah tindakan yang positif dan praktis; dan
• menetapkan cara yang menjamin terealisasinya Deklarasi ini.

Apa yang ada pada Deklarasi ini?
Deklarasi ini menitikberatkan tindakan-tindakan positif yang menjamin kesejahteraan manusia dan hasil
perlindungan di masa datang berdasarkan lima prioritas berikut ini, yang diikuti oleh membaurnya dua
wilayah mekanisme penyampaian.

Secara praktis, apa maksud dari hal-hal berikut ini?
Air dan lahan basah
Berkurang dan hilangnya lahan basah berlangsung lebih cepat daripada ekosistem lainnya, dan hal ini
cenderung meningkat diakibatkan oleh perubahan yang sangat besar terhadap penggunaan tanah,
pengalihan air dan pembangunan infrastruktur. Akses terhadap air bersih berkurang untuk 1-2 milyar
penduduk di seluruh dunia, dan pada akhirnya akan mempengaruhi secara negatif produksi pangan,
kesehatan masyarakat dan pembangunan ekonomi, dan dapat menyebabkan meningkatnya konflik sosial.
Sangat penting untuk meningkatkan pengendalian air. Daripada memberlakukan kebijakan
“berdasarkan permintaan”, yang menyebabkan adanya alokasi air yang berlebih, pengendalian air harus
memperlakukan lahan basah sebagai “infrastruktur air alami”, sebagai satu kesatuan pengaturan sumber
daya air di skala daerah sungai.
Terus melakukan “seperti yang biasanya” bukanlah suatu pilihan.
Permintaan yang meningkat untuk air dan penggunaan air secara berlebih bisa membahayakan kesejahteraan manusia dan lingkungan hidup. Akses menuju air bersih,
kesehatan masyarakat, produksi pangan, perkembangan ekonomi dan stabilitas geopolitis
menjadi kurang terjamin dengan berkurangnya lahan basah yang disebabkan oleh perbedaan
yang meningkat tajam antara permintaan dan persediaan air.
Terkadang tidak cukup air untuk memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan
untuk menjaga lahan basah yang kita perlukan. Bahkan dengan usaha yang sedang
dilakukan sekarang untuk menjaga aliran air bagi ekosistem, kapasitas lahan basah untuk terus
menyediakan manfaat bagi masyarakat dan keanekaragaman hayati, termasuk persediaan air
yang bersih dan memadai, terus berkurang. Tindakan-tindakan untuk mendukung alokasi air bagi
ekosistem, seperti pengaturan lingkungan, menentukan batas maksimal bagi alokasi air (watar
‘caps’), dan peraturan yang baru mengenai pengaturan air, harus diperkuat.
Untuk menutup “kesenjangan air” (water gap), kita harus:
• menggunakan air yang tersedia dengan lebih efisien;
• hentikan berkurang atau hilangnya lahan basah – berdasarkan kesadaran yang jelas bahwa
kita semua bergantung kepada lahan basah yang subur untuk menjamin tersedianya air, dan
bahwa lahan basah sedang berkurang dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem
yang lain;
• kembalikan lahan basah yang telah berkurang – dengan demikian akan memberikan
persediaan air permukaan dan air bawah tanah secara efisien dan efektif dari segi biaya,
meningkatkan kualitas air, menjaga pertanian dan perikanan, dan melindungi keanekaragaman
hayati.
• lindungi dan atur secara bijak lahan basah kita – dengan selalu memastikan bahwa lahan
basah tersebut mengandung cukup air bagi mereka untuk tetap menjadi sumber dengan kualitas
dan kuantitas air yang kita butuhkan untuk produksi pangan, air minum dan kebersihan.
Kegagalan untuk melakukan hal tersebut dapat menyebabkan masalah air kita menjadi lebih
parah, karena lahan basah adalah satu-satunya sumber air yang mudah kita capai.

Perubahan iklim dan lahan basah

Banyak jenis lahan basah yang memiliki peranan penting dalam memendam dan menyimpan karbon.
Lahan basah tersebut pada umumnya rentan terhadap perubahan iklim, sementara gangguan manusia
terhadap lahan basah tersebut dapat menyebabkan pembuangan karbon yang sangat besar.

Lahan basah merupakan bagian penting dari infrastruktur alami yang kita butuhkan untuk
menanggapi perubahan iklim. Pengurangan dan kehilangan lahan basah akan membuat perubahan
iklim semakin buruk dan menyebabkan manusia menjadi lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim
seperti banjir, longsor dan kelaparan. Sebagian besar kebijakan perubahan iklim bereaksi untuk lebih
banyak cadangan dan pemindahan air, serta pembangkit listrik, yang jika diterapkan secara buruk, dapat
menyebabkan hilangnya lahan basah.

Perubahan iklim meningkatkan ketidakpastian pengaturan air dan membuatnya semakin sulit
untuk mendekatkan kesenjangan antara permintaan dan persediaan air. Kita akan merasakan
dampak dari perubahan iklim yang meningkat secara langsung melalui perubahan distribusi dan
ketersediaan air, meningkatkan tekanan pada kesuburan lahan basah. Mengembalikan lahan basah dan
menjaga daur hidrologinya adalah hal terpenting dalam menanggapi perubahan iklim, penanggulangan
banjir, persediaan air, penyediaan pangan dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Lahan basah di daerah pantai akan berperan penting dalam strategi yang dibuat untuk mengatasi
masalah-masalah di daerah pantai akibat naiknya permukaan air laut.

Pemerintah harus menyertakan manajemen air dan lahan basah dalam strategi efektif untuk
menanggapi perubahan iklim di tingkat nasional. Para pengambil keputusan harus memahami
infrastruktur alami lahan basah sebagai aset utama dalam melawan dan mengatasi perubahan iklim.
Air dan lahan basah yang berfungsi dengan baik memainkan peranan utama dalam
menanggapi perubahan iklim dan dalam mengatur proses iklim yang alami (melalui daur air,
pemeliharaan keanekaragaman hayati, mengurangi emisi gas rumah kaca serta dampak-dampak
penyangganya). Konservasi dan penggunaan lahan basah dengan bijak dapat membantu
mengurangi efek negatif ekonomi, sosial dan ekologis yang mungkin terjadi.

Pembangunan peluang harus diraih untuk kerja sama antara badan teknis internasional yang terlibat
dalam perubahan iklim (misalnya, Intergovernmental Panel on Climate Change, Ramsar Scientific and
Technical Review Panel), untuk berbagi pengertian dan menyelaraskan analisa, terutama yang
berkaitan dengan lahan basah/air/keterkaitan iklim.

Mata pencaharian masyarakat dan lahan basah

Di saat kebijakan di berbagai bidang tidak dilakukan secara selaras, banyak pembangunan utama dan
skema infrastruktur yang bertujuan mengentaskan kemiskinan malah menyebabkan berkurangnya lahan
basah, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan lahan basah untuk menyediakan layanan penting
bagi masyarakat sekitar dan pada akhirnya menyebabkan kemiskinan yang lebih parah.

Diperlukan tindakan untuk memelihara manfaat yang diberikan oleh lahan basah untuk
pembangunan ekonomi dan mata pencaharian masyarakat, terutama yang tidak mampu. Investasi
di bidang pemeliharaan pelayanan yang diberikan oleh lahan basah harus terlingkup dalam Naskah
Strategi Pengentasan Kemiskinan serta kebijakan dan perencanaan terkait lainnya.

Penggunaan secara bijak, manajemen dan pengembalian lahan basah harus membantu
terciptanya peluang untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat, khususnya masyarakat
yang bergantung kepada lahan basah, masyarakat pinggiran dan rentan. Berkurangnya lahan basah
mempengaruhi mata pencaharian dan memperburuk kemiskinan, terutama pada masyarakat pinggiran
dan rentan.

Keterkaitan lahan basah/mata pencaharian harus dianalisa dan didokumentasikan lebih baik.
Kapasitas dan kerja sama harus dibangun pada berbagai tingkat untuk mendukung pengajaran,
pengumpulan dan pembagian ilmu pengetahuan mengenai keterkaitan tersebut.

Manajemen lahan basah yang berkesinambungan harus didukung oleh pengetahuan lokal
(indigeneous) dan tradisional, tanggapan dari identitas alami yang berhubungan dengan lahan
basah, pengurusan yang dilakukan melalui insentif ekonomis dan diversifikasi berdasarkan
dukungan untuk mata pencaharian.

Kesehatan masyarakat dan lahan basah

Lahan basah penting karena manfaat kesehatan yang disediakannya, dan juga sebagai tempat yang
dapat dikunjungi masyarakat untuk pendidikan, rekreasi, agrowisata, pengalaman spiritual dan alamiah,
atau hanya untuk sekedar menikmati keindahan alamnya.

Hubungan antara ekosistem lahan basah dan kesehatan masyarakat harus menjadi komponen
penentu dari kebijakan, perencanaan dan strategi nasional dan internasional.

Sektor pembangunan, termasuk pertambangan, industri ekstraktif lainnya, pembangunan
infrastruktur, air dan kebersihan, energi, pertanian, transportasi dan lainnya bisa memiliki dampak
langsung maupun tidak langsung bagi lahan basah. Hal ini menyebabkan dampak negatif bagi
layanan ekosistem lahan basah, termasuk yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Manajer dan pengambil keputusan di sektor pembangunan tersebut harus lebih
memperhatikan hal ini dan mengambil semua kemungkinan untuk menghindari dampak buruk
tersebut.
Sektor kesehatan dan lahan basah harus saling membantu dalam mengatur keterkaitan antara
karakter ekologis lahan basah5
dan kesehatan masyarakat. Pengatur lahan basah dan pengairan
harus mengidentifikasi dan menerapkan campur tangan yang bermanfaat baik bagi “kesehatan”
ekosistem lahan basah maupun kesehatan masyarakat.

Sudah jelas bahwa sebagian besar tekanan yang terus menerus pada lahan basah yang
menyebabkan kecenderungan bagi kesehatan masyarakat berakar pada masalah air, misalnya
penyebaran penyakit dan penyebabnya melalui air dan/atau berkurangnya persediaan air yang
kualitasnya memenuhi syarat untuk produksi pangan, kebersihan, dan minum.

Perubahan pemakaian lahan, keanekaragaman hayati dan lahan basah

Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik akan akibat dan manfaat dari perubahan ekosistem
lahan basah menyebabkan pengambilan keputusan yang lebih baik. Keputusan untuk perubahan
penggunaan lahan harus mencakup pengetahuan yang memadai tentang kisaran manfaat, dan nilainya,
yang disediakan lahan basah bagi masyarakat dan keanekaragaman hayati.

Pengambilan keputusan harus, jika memungkinkan, memberi prioritas untuk perlindungan lahan
basah yang berfungsi secara alami dan manfaat yang diberikannya, terutama dengan menjamin
keberlangsungan layanan ekologi, sementara menyadari bahwa sistem lahan basah buatan juga
memberi kontribusi penting bagi keamanan air dan pangan.

Diperlukan lebih banyak tindakan untuk menyampaikan akar permasalahan dari hilangnya
keanekaragaman hayati dan mengembalikan kehilangan tersebut dengan mengacu kepada target
rehabilitasi yang sudah disetujui, termasuk target yang akan diadopsi sebagai tindak lanjut dari “target
2010”
6
mengenai pengurangan yang berakibat pada penurunan perkembangan keanekaragaman hayati.

Mekanisme pembauran bagaimana yang paling membantu dalam menyampaikan seluruh hal
tersebut?

Perencanaan, pengambilan keputusan, keuangan dan ekonomi

Pengembangan kebijakan dan pengambilan keputusan sebagai tanggapan terhadap masing-
masing isu yang disampaikan pada Deklarasi ini seringkali menimbulkan dilema antar tujuan
kebijakan di berbagai sektor. Pengambilan keputusan yang baik bergantung kepada kesetimbangan
antar tujuan yang saling berkaitan, bahkan ketika informasi yang jelas dan menyeluruh tidak tersedia.

Penggunaan yang tepat dari perangkat pengambilan keputusan yang cepat dan praktis (seperti
perkiraan yang cepat, penyelesaian konflik, mediasi, pohon keputusan, dan analisa biaya-
manfaat) seringkali dapat menjadi bantuan yang kritis dalam mengidentifikasi isu dan pilihan
kebijakan.

Tanggapan yang menyeluruh harus diberikan bagi betapa berartinya lahan basah dalam
perencanaan wilayah, terutama Lahan Basah Penting Internasional (Wetlands of International
Importance) (situs Ramsar
7
), sehingga nilai yang mereka miliki dapat memberi informasi yang benar
mengenai penggunaan lahan dan pengaturan prioritas investasi dan penerapan penjagaan yang
dibutuhkan.

Analisa biaya-manfaat harus cukup lengkap untuk merefleksikan dengan baik nilai ekonomis lahan
basah, serta kenyataan bahwa berinvestasi untuk pemeliharaan karakter ekologis lahan basah biasanya
membutuhkan lebih banyak biaya-strategi efektif daripada memperbaiki akibat hilangnya layanan lahan
basah.

Pembiayaan yang cukup dan berkesinambungan bagi konservasi lahan basah dan
penggunaannya secara bijak adalah hal yang penting, dan hal ini dapat dibantu dengan
menggunakan instrumen keuangan yang inovatif dan kerja sama antara sektor-sektor tersebut dan semua pihak yang terkait di luar Konvensi Ramsar yang dahulu tidak bekerja bersama dalam isu lahan
basah. Terutama jika sumber daya yang tersedia terbatas, aktivitas yang berkaitan dengan konservasi
dan penggunaan lahan basah secara bijak harus memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada
secara efisien.
Berbagi pengetahuan dan pengalaman
Informasi dasar dalam cakupan global dan karakterisasi dari lahan basah harus segera
ditingkatkan. Meningkatnya peluang untuk memanfaatkan teknik observasi perputaran bumi dan
teknologi informasi lainnya.
Organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan yang sama dalam data dan informasi dang
pengetahuan (termasuk pengetahuan lokal dan tradisional) yang berkaitan dengan masalah yang
tercakup dalam Deklarasi ini harus meningkatkan usaha untuk mencari pendekatan yang umum,
selaras dan dapat dicapai, sehingga pengetahuan dan pengalaman (misalnya, mengenai kebiasaan
yang baik) dapat dibagi secara lebih efektif, termasuk melalui aplikasi teknologi informasi yang benar.

Ajakan bagi Anda
Setiap dan semua orang berperan dalam hasil yang didukung oleh Deklarasi ini.

Banyak kelompok di seluruh dunia telah bekerja dalam menggunakan lahan basah secara bijak
sebagaimana dianjurkan dalam Dekarasi ini. Banyak pengalaman berharga dan pengetahuan untuk
dibagi yang dapat membantu kita membuat kemajuan yang jelas dan nyata. Raihlah kesempatan ini,
bergabunglah, nyebur yuk!

Dampak yang pasti
Pengukuran akan suksesnya Deklarasi ini mencakup:
• keberadaannya menjadi lebih dikenal, dilaporkan, diterjemahkan dan diingat;
• pesan yang disampaikan digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pada
tingkat lokal dan tingkatan penguasa/proses manajemen daerah sungai;
• elemen-elemennya yang berhubungan diterapkan pada perencanaan, keputusan dan program
tindakan di tingkat nasional;
• elemen-elemennya diterapkan pada pernyataan kebijakan, keputusan dan program tindakan di
tingkat internasional, termasuk penjelasan yang menyeluruh bagi delegasi pemerintah pada
pertemuan-pertemuan internasional yang berkaitan.

Catatan:

1
Konvensi Ramsar untuk Lahan Basah adalah otoritas antar-pemerintah yang utama untuk lahan
basah dan berusaha keras untuk menjamin bahwa kontribusi lahan basah bagi seluruh aspek
kesejahteraan manusia diketahui dan diperkokoh pada seluruh sektor dan tingkatan di masyarakat.

2
”Pengunaan lahan basah secara bijak” telah ditetapkan dalam Konvensi tersebut sebagai
“pemeliharaan karakter ekologis lahan basah, yang diraih melalui implementasi pendekatan ekosistem, di
dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan”. (Frasa “dalam konteks pembangunan yang
berkelanjutan” ditujukan untuk mengetahui bahwa sementara beberapa pembangunan lahan basah tak
dapat dihindari dan banyak pembangunan memberi manfaat yang penting bagi masyarakat,
pengembangan dapat difasilitasi dengan cara berkesinambungan dengan pendekatan yang dijelaskan
dalam Konvensi tersebut, dan tidaklah benar untuk mengimplikasikan bahwa ‘pembangunan’ tersebut
adalah tujuan dari semua lahan basah.)
3
”Lahan basah” mencakup ekosistem yang lebih luas daripada yang dipahami oleh masyarakat umum.
Pasal 1.1 dari Konvensi Ramsar menetapkan bahwa lahan basah adalah “daerah paya, rawa, lahan
gambut atau perairan, baik alami maupun buatan, permanen atau sementara, dengan air yang diam atau
mengalir, segar, payau atau asin, termasuk daerah perairan laut dengan kedalaman pada saat surut tidak
melebihi enam meter”.

4
Di tahun-tahun belakangan ini, Konferensi Ramsar bagi Pihak-pihak yang Terikat (Ramsar Conferences
of the Contracting Parties) (COPs) telah diberikan tema untuk merefleksikan hal-hal prioritas terkini
pada evolusi Konvensi. Tema-tema sebelumnya menekankan berbagai aspek berbeda pada keterkaitan
antara lahan basah dan masyarakat, dan tema untuk COP10, “Lahan basah subur, masyarakat sehat”,
menempatkan Konvensi tersebut pada hubungannya dengan pemahaman yang muncul mengenai
keterkaitan yang kritis antara lahan basah dan kesehatan masyarakat dan kumpulan konteks dari
keputusan-keputusan yang baru untuk diterapkan di area ini.

5
”Karakter ekologis” dari lahan basah adalah konsep kunci dari Konvensi Ramsar, ditetapkan sebagai
“kombinasi dari komponen ekosistem, proses dan manfaat/layanan yang memberikan karakter bagi lahan
basah pada suatu waktu tertentu”. (Dalam konteks ini, manfaat ekosistem ditetapkan sesuai dengan
definisi layanan ekosistem dari Badan Penilaian Ekosistem Millennium (Millennium Ecosystem
Assessment) sebagai “manfaat yang didapat masyarakat dari ekosistem”).

6
”Target Keanekaragaman Hayati 2010” (“2010 Biodiversity Target”), dicetuskan oleh Konvensi
Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) (CBD) dan oleh kepala-kepala negara pada
Pertemuan untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB pada tahun 2002 (World Summit on Sustainable
Development) (WSSD), adalah “untuk mencapai pengurangan yang berarti pada laju kehilangan
keanekaragaman hayati pada tingkat global, regional dan nasional hingga tahun 2010, sebagai kontribusi
pada pengentasan kemiskinan dan bagi manfaatnya bagi seluruh kehidupan di Bumi”.

7
”Situs Ramsar” (Lahan Basah Penting Internasional, Wetlands of International Importance) diakui dan
ditetapkan oleh pemerintah di dunia yang termasuk dalam Pihak yang Terkait pada Konvensi Ramsar.
Situs-situs tersebut membentuk jaringan global “daerah yang dilindungi” terbesar, pada saat ini (hingga
November 2008) mencakup lebih dari 168 juta hektar di lebih 1.822 situs.
Tugas I
Kuala (Estuari)

Pertanyaan :

1.Tentukan posisi (1) Sydney Bay, Sydney Australia (2) Firth of Forth, Edinburg, UK (3) Kuala Lupak (Tabunganen).
2.Jelaskan perbedaan ketiga lokasi tersebut sebagai kawasan kuala!
3.Jelaskan produk alami dan jasa atau manfaat dari kuala!
Jawaban :
a.Posisi Sydney Bay,Sydney Australia adalah 29°4’0” S-167°56’60” E, Posisi Firth of Forth,Edinburg,UK adalah 56°10’0” N-2°45’0” W
Posisi Kuala Lupak adalah 114°22’40” - 114°2930” E, 3°27’20” - 3°30’20” S
b.Perbedaan dari ketiga lokasi di atas sebagai kawasan kuala adalah kawasan sydney Australia, laut disana dapat dijadikan habitat ikan-ikan besar seperti hiu, pari dan cumi-cumi. Mata pencaharian yang tersedia disana sebagai kawasan kuala adalah sebagai nelayan. Sedangkan di kuala lupak ( tabunganen), disana adalah habitat dari bekantan. Adapun disana dapat dijadikan tempat rekreasi dan tempat untuk mendapatkan penghasilan dari beberapa pengunjung. Tabunganen juga merupakan wilayah pertanian yang dimanfaatkan masyarakat sekitarnya. Berbeda dengan kawasan kuala di Firth of Forth,pulau-pulau membentuk rantai sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi dan wilayahnya dapat dimanfaatkan daerah pemancingan. Kawasan disana dapat dijadikan sumber mata pencaharian dan pendapatan bagi daerahnya.
c.Produk alami dari kuala adalah laut yang merupakan salah satu kawasan kuala merupakan penghasil garam. Contohnya saja di Pulau Madura, laut-laut disana dapat menghasilkan garam jika dibudidayakan dengan baik. Ikan-ikan dan hewan jenis lainnya, seperti terumbu karang merupakan produk alami dari ekosistem laut. Selain itu, terdapat berbagai jenis fauna dan flora yang unik, karena didukung oleh lingkunggannya sebagai penyuplai zat hara akibat pertemuan antara air tawar dan laut, sehingga merupakan air payau. Sedangkan jasa atau manfaat dari kuala itu sendiri adalah sebagai lapangan pekerjaan dan sumber mata pencaharian. Misalnya saja nelayan. Selain itu sebagai media melestarikan keturunan, misalnya saja ikan. Selain itu juga dapat mennjadi habitat untuk jenis hewan lainnya. Sedangkan pemandangannya yang indah dapat juga dijadikan sebagai tempat rekreasi atau bahkan penelitian-penelitian sains.

Tugas II

Valuasi Lahan Basah


Pertanyaan :

a.Jelaskan apa yang dimaksud dengan Contingent Valuation Method (CVM), Hedonic Pricing (HP),Net Factor Income (NFI) dan The Travel Cost Method (TCM)!
b.Jelaskan mengapa proses valuasi lahan basah harus dilakukan!
c.Bagaimana cara melakukan valuasi lahan basah?
d.Prediksikan perubahan yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim global terhadap lahan basah!

Jawaban :

1.- Contingent Valuation Method (CMV) adalah metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi untuk semua jenis ekosistem dan jasa lingkungan. Hal ini dapat digunakan untuk memperkirakan baik dan tidak menggunakan nilai-nilai, dan ini yang paling banyak digunakan metode untuk memperkirakan nilai-nilai non-gunakan. Hal ini juga yang paling kontroversial dari non-pasar valuation metode.
- Hedonic Pricing (HP) adalah metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi ekosistem atau jasa lingkungan yang secara langsung mempengaruhi harga pasar. Metode ini paling sering digunakan untuk variasi dalam perumahan harga yang mencerminkan nilai atribut lingkungan setempat.
- Net Factor Income (NFI) adalah metode yang lebih merujuk kepada properti bersih aliran pendapatan dari dan ke bagian dunia (pembayaran pada pendapatan bersih) plus jaring aliran kompensasi karyawan (bersih pada penerimaan kompensasi).
- The Travel Cost Method ( TCM) adalah metode pengembangan pariwisata dengan memperhitungkan besarnya biaya yang akan dikeluarkan oleh seorang wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah. Metode ini belum banyak digunakan di Negara berkembang, atau mungkin sudah dikerjakan tetapi belum dibuatkan perhitungan yang pas dalam memanfaatkannya, atau pemerintah daerah setempat tidak menyadari telah menggunakan metode ini. Travel cost method akan memperhitungkan pengeluaran seorang wisatawan apabila mengunjungi suatu objek wisata, baik pengeluaran untuk biaya transportasi, akomodasi, maupun konsumsi

2.Proses valuasi lahan basah harus dilakukan karena melihat fungsi juga manfaat yang dapat bernilai bagi manusia. Selain itu, untuk mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia di alam untuk kesejahteraan publik.
3.Cara melakukan valuasi lahan basah dengan beberapa metode seperti :
No
Metode
Keterangan
1
Replacement Cost
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis yang didasarkan atas biaya penghindaran dari bahaya yang diakibatkan oleh hilangnya jasa/manfaat dari suatu ekosistem, biaya untuk penggantian jasa/manfaat dari ekosistem, atau biaya untuk menyediakan penggantian jasa/manfaat dari ekosistem tersebut.
2
Market Price
Metode ini memperkirakan nilai ekonomis untuk produk-produk dari ekosistem atau jasa/manfaat dari ekosistem tersebut yang diperjualbelikan di pasar-pasar komersial.
3
Contingent Choice Method
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis untuk berbagai ekosistem atau jasa/manfaat lingkungan secara virtual. Metode ini berdasarkan pertanyaan pada orang-orang untuk membuat penawaran antara menetapkan ekosistem atau jasa/manfaat lingkungan. Metode ini tidak langsung menanyakan keinginan’kerelaan untuk membayar.
4
Production Function
Metode ini memperkirakan nilai ekonomis bagi produk-produk ekosistem atau jasa/manfaat dari ekosistem tersebut yang turut mendukung produksi barang-barang yang dijual secara komersial.

5
Benefit Transfer Method
Metode ini digunakan memperkirakan nilai ekonomis suatu ekosistem dengan cara mentransfer perkiraan adanya keuntungan dari pembelajaran yang telah diselesaikan bagi lokasi lain.
6
CVM Replacement Cost
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis untuk segala macam ekosistem dan jasa-jasa lingkungan. Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan nilai komoditas yang diperdagangkan atau yang tidak, dan metode ini adalah metode yang digunakan secara luas untuk memperkirakan nilai komoditas yang tidak diperdagangkan. Metode ini juga merupakan mteode yang paling kontroversial dari metode penilaian non pasar.
7
Travel Cost Method
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis yang terkait dengan menggunakan ekosistem atau situs yang digunakan untuk rekreasi.
8
Hedonic Pricing
Metode ini memperkirakan nilai ekonomis dari ekosistem atau jasa/manfaat dari lingkungan yang secara langsung mempengaruhi harga pasar beberapa barang. Metode ini paling banyak diaplikasikan dalam variasi harga tempat tinggal yang menggambarkan nilai dari atribut lingkungan setempat.

4.Perubahan yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim global terhadap lahan basah adalah
- Terjadinya El Nino yang tidak memiliki periodisitas yang jelas, dan dampak yang terlihat di Indonesia umumnya kemarau dan kekeringan.
- Lahan-lahan pertanian menjadi kering karena kurangnya asupan air yang mengalir,sehingga banyak tanaman yg mati dan tidak dapat didayagunakan dan yang paling mencemaskan adalah berubahnya iklim sehingga berdampak buruk pada    pola pertanian Indonesia yang mengandalkan makanan pokok beras pada pertanian sawah yang bergantung pada musim hujan. Suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka. Hal ini dapat mengancam pola pertanian berbasis air.
- Kekeringan juga bisa menyebabkan kebakaran hutan, sehingga tanaman yang berfungsi menyerap CO2 menjadi berkurang dan suhu di permukaan bumi bertambah meningkat
- Kenaikan permukaan air laut juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove. Rusaknya mangrove akan berdampak pada abrasi pantai karena tidak adanya penahan gelombang. Begitu pula pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya penyaring polutan, dan berbagai spesies juga hilang. Serta, kegiatan budidaya perikanan tradisional akan terancam dengan sendirinya.
- . Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan laut naik.Air laut naik maka akan menenggelamkan pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut yang menimbulkan banjir di dataran rendah kalau di Indonesia seperti pantai utara Pulau Jawa, dataran rendah Sumatera bagian timur, Kalimantan bagian selatan, dan lain-lain.Kenaikan permukaan air laut juga dapat menjadi faktor tenggelamnya beberapa pulau kecil. Hal itu dapat menjadi ancaman dan berpengaruh terhadap geopolitik kita, mengingat pulau terluar merupakan pijakan penting dalam menentukan batas wilayah dengan negara lain.