Rabu, 10 Juni 2009

PENDAPAT SAYA PADA PRAKTIKUM PLLB YANG DILAKSANAKAN DI NEGARA,KANDANGAN,LOKSADO
1.kandangan
pada hari kamis pagi pergi ke kandangan naik mobil colt ,sungguh sangat melelahkan ya pak.ehm tapi dgn smgat 45 saya ikut kesana ,setelah menempuh perjalan kira-kira 2,5 jam kami sampai sanggar tari kandangan eh ada pramuka nya gitu deh .setelah sampai kami istirahat sebentar lalu di suruh makan siang ,ooh ternyata kami makan nya ambil sendiri sendiri loe,bisa kebayang ga'berdesak desakan minta ampun deh makan minum ambil sendiri deh ! kami setelah makan kami mo siap2 pergi ke negara deh!
tapi sebelumnya kami jalan kotanya bersih ya beda dg bjm
2.negara
setelah menempuh perhalan kira2 1 jam kami sampai di negara pas sampai yang ada mesjidnya kami di suruh naik kelotok .wuih seru juga ya naik kelotok sambil mengamati lahan basah yang ada disana ada hiburan tersendiri juga ,liat aktivitas penduduk seperti nyuci,mandi nyari ikan ,nyari ikannya pakai lonta loe ada juga namanya itu hancau,disana kami juga interview penduduk ,kami menginterview penjual gorengan,dia megaku beralih bahn bakar dari kompor ke kayu bakar karena mahalnya harga m.tanah ,kami juga mewawancarai penduduk sana mata pencaharian disana kebayakan bertani,mereka bertani singkong ,padi,dll,.tak berapa lama kami pergi lagi naik kelotok kami mengamati rawa bangkau,disana Kawasan Danau Bangkau yang berlokasi di Kecamatan Kandangan (Kabupaten
Hulu Sungai Selatan) dan sebagian kecil masuk wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara
(Kabupaten Hulu Sungai Tengah), merupakan salah satu contoh kawasan di wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan yang selama ini luput dari perhatian. Berdasarkan dari
perhitungan planimetri dari Peta Rupa Bumi Indonesia (lembar 1713-33 skala
1:50.000, Bakorsutanal 1991), Danau Bangkau memiliki luas perairan 615,5 ha
terletak di antara 2° 41’ dan 2° 43’ 30” Lintang Selatan, dan di antara 115° 12’ dan
115° 13’ 30” Bujur Timur pada ketinggian 3-4 meter dari permukaan laut.
Seperti fungsi perairan danau pada umumnya, perairan Danau Bangkau ini
merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitarnya yang memanfaatkan danau
untuk menangkap ikan, pertanian dan perhubungan (lalu lintas air).
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Kalimantan Selatan, kawasan
Danau Bangkau diarahkan sebagai kawasan yang diprioritaskan pengembangannya. Isu
pokok diprioritaskannya kawasan Danau Bangkau dalam RTRW propinsi adalah fungsi
yang diembannya yaitu sebagai kawasan pelestarian reservaat perikanan (fish
stocking) yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya. Danau Bangkau yang berair sepanjang tahun telah diketahui sebagai reservasi ikan
bagi sungai-sungai yang mengalir di wilayah barat Pegunungan Meratus serta habitat fauna burung air yang harus dilindungi. Pada saat ini habitat
Danau Bangkau telah kritis karena fungsinya sebagai reservasi ikan terancam punah
sebagai akibat dari cara-cara penangkapan ikan yang sangat intensif. Di samping itu,
kualitas lingkungan danau juga semakin menurun disertai dengan terancamnya habitat burung air yang dilindungi.
Mengingat karakter kawasan danau Bangkau ini cukup spesifik, maka upaya
pengembangan kawasan dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada serta
masalah-masalah yang mungkin timbul di masa yang akan datang tidak hanya
menyangkut aspek fisik kawasan (perairan danau). Pengembangan kawasan tersebut
perlu mempertimbangkan banyak aspek terkait, di antaranya aspek sosial dan
budaya, aspek ekonomi masyarakat, aspek tata ruang, aspek hukum, aspek
lingkungan hidup dan aspek lainnya yang terangkum dalam suatu konsep pengelolaan danau secara terpadu.
3.loksado
Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Loksado terletak di pegunungan Meratus merupakan salah satu daerah wisata alam dan atraksi budaya masyarakat Dayak Bukit.
Menengok Sisa-Sisa Alam Loksado
17 January 2006 | Ada 10 Komentar | Fotografi, General, Kontemplasi

[Seorang warga Dayak peladang, dalam perjalanan pulang setelah seharian kerja.]

Kembali ke alam yang tak lagi alami. Itulah yang saya rasakan kemarin, ketika untuk sebuah urusan tiba-tiba terpikir berbelok ke hutan. Kalau Anda termasuk orang yang menyangka Kalimantan adalah hutan, percayalah itu sesungguhnya hanya cerita 20 tahun silam. Kalimantan hari ini adalah juga sebuah pulau dengan kota-kota dan peradaban yang bergerak maju; lengkap dengan tetek bengek persoalan metropolit yang tak kalah rumit.

Tetapi trip kemarin bukanlah waktu khusus untuk jalan-jalan ke gunung dengan sepotong hutan yang masih tersisa. Lepas sebuah urusan di kota Barabai, lebih kurang 160 kilometer dari Banjarmasin, saya bersama beberapa kawan memutuskan singgah ke Loksado, sebuah perkampungan Dayak di pinggiran kota Kandangan. Kalau Anda pernah ke Kalsel, pastilah pernah dengar Barabai (dengan kue apamnya yang khas), juga Kandangan (yang terkenal dengan dodol dan ketupat).

Dulu, mungkin 10 tahun yang lalu, ketika permukiman penduduk belum sepadat sekarang, Loksado konon adalah kawasan alam yang sangat menarik. Selain bukit-bukit batu yang sering jadi ajang panjat tebing, daerah ini juga punya sungai yang asyik untuk bamboo rafting. Di lembah-lembah perbukitan itu pula anak-anak muda kerap menghabiskan akhir pekan dengan camping.

Sekarang, jangan bayangkan sebuah keasrian alamiah bukit. Orang-orang Dayak di sana pun sudah berbiak dan menghasilkan kampung-kampung yang kemudian memanfaatkan lokasi wisata menjadi lahan ekonomi. Perkembangan yang setengah-setengah itu membuat Loksado tak cukup terurus untuk sebuah kawasan wisata, sekaligus juga tidak tuntas menjadi kampung.

yeah, saya baru sekali ke kawasan ini. Promosi pemerintah setempat bahwa Loksado adalah wisata alam andalan, menurut saya cuma ngecap. Perjalanan pertama saya meninggalkan kesan yang kurang baik; kecuali sedikit pemandangan yang hijau di kiri-kanan dan kejauhan, tempat ini tidak begitu nyaman dikunjungi. Nyaris tak ada (lagi) yang bisa dinikmati.

Tentu bukan alam yang salah. Manusialah yang harus berkaca diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar